Jumat, Oktober 24, 2008

Anak-anak autis kesulitan mengenali kata-kata biasa

Penelitian terbaru mengindikasikan bahwa anak-anak autis memiliki waktu yang sulit mengenali kata-kata biasa dan lebih banyak otak mereka digunakan untuk tugas semacam ini dibandingkan anak-anak biasa yang sedang berkembang.

Patricia Kuhl, Wakil Direktur University of Washinton’s Institute for Learning and Brain Sciences dan seorang ahli dalam bagaimana bayi berbahasa mengatakan, “Otak mereka melambat, bukannya menjadi lebih ahli dalam mengenali kata-kata. Karena anak-anak ini tidak dapat membedakan apa yang seharusnya adalah kata-kata biasa, otak mereka bekerja terlalu keras dan mereka tidak dapat fokus pada kata-kata baru. Ketika mereka tidak dapat mengerti, sebuah kata, mereka tidak tahu segala sesuatu yang mengikuti berikutnya dalam kalimat.”

Penelitian ini merupakan bagian sebuah usaha memahami bagaimana gangguan bahasa adalah karakteristik anak-anak autis sehingga para ahli mulai mendalami dalam otak beberapa anak-anak ini untuk memahami apa dibalik kekurangan bahasa mereka. Kuhl mempresentasikan temuan yang membandingkan 19 sampai 30 bulan anak-anak yang berkembang biasa dan autis pada kegiatan the Sixth International Meeting for Autism Research, 3-5 Mei 2007 di Seattle.

Dia dan koleganya menempatkan alat dengan 20 sensor pada kepala anak-anak dan merekam gelombang otak saat mereka mendengarkan kata-kata familiar (seperti bola, buku, anjung, kucing) dan kata-kata yang tidak familiar (seperti kata kerja, kerdil, menunggu, laju). Anak-anak juga dipaparkan pada kata-kata yang direkam dan diputar secara terbalik. Kata-kata terbalik menghasilkan pola bunyi yang tidak ciri khas bahasa manapun.

Otak bayi dalam perkembangan biasa merespon dengan pola unik aktivasi setiap jenis kata-kata. Respon kata-kata yang dikenal dan tidak dikenal ditandai berbeda. Pada kata-kata yang dibalik, otak anak-anak bereaksi hanya jika mereka mendengar sesuatu yang sangat berbeda dari pengetahuan yang didengarnya. Aktivitas otak difokuskan dalam lobus temporal kedua hemisfer otak untuk setiap jenis kata.

Namun demikian, anak-anak autis menunjukkan tidak ada perbedaan respon antara kata-kata yang dikenal dan tidak dikenalnya, yang berarti mereka tidak dapat membedakan diantara kata-kata tersebut. Namun demikian, otak mereka tidak bereaksi pada kata-kata terbalik dan pola aktivitas hampir sama dengan anak-anak biasa. Aktivitas otak keseluruhan pada anak-anak autis lebih menyebar dan tidak fokus pada lobus termporal, menunjukkan lebih banyak otak mereka mencoba memahami kata-kata tersebut.

Kerja sebelumnya oleh Kuhl menunjukkan perbedaan dramatis tentang bagaimana anak-anak umur 32 sampai 52 bulan merespon terhadap suara mirip ibu, percakapan bayi, kata-kata yang banyak fonem yang dihasilkan komputer. Ketika diberikan pilihan dengan membiarkan mereka mengubah arah kepala mereka secara berlawanan, anak-anak normal lebih menyukai secara konsisten mendengarkan bunyi mirip ibu, suatu bentuk hampir universal percakapan bayi yang ditujukan pada bayi dan anak kecil. Anak-anak autis lebih menyukai bunyi kicauan dan memilih secara konsisten.

Kuhl percaya bahwa ada kabar baik buat orangtua dalam studi ini karena ada indikasi anak-anak autis menerima beberapa pembelajaran. Kuhl mengatakan, para peneliti perlu lebih banyak ukuran dan alat seperti magnetoensefalografi yang merupakan teknologi non-invasif untuk menguji dan melihat otak anak-anak autis. ”Kita ingin tahu pengetahuan jenis apa yang membuat anak-anak autis ini mengunci otak mereka. Anak-anak dengan fungsi luhurnya berakhir pada spektrum autis masih punya sedikit kesempatan. Penggunaan yang mungkin pertama kali penelitian ini sebagai prediktor anak-anak autis yang merespon terhadap penanganan. Dengan alat ini kita dapat mengidentifikasi sebagian otak yang tidak merespon dan dapat menyarankan penanganan dengan mengembangkan tindakan yang lebih terarah. (nofa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentarnya.
Komentar Anda akan ditampilkan setelah dimoderasi oleh pengelola blog.

Silahkan pilih